Layanan

Kualitas Air Baku Terus Menurun, Ini yang Bisa Dilakukan PAM Bandarmasih

Published

on

Manager Produksi IPA 2 Pramuka Murdadi SE

HABARPDAM.COM, BANJARMASIN – Kualitas air baku terus menurun tiap tahunnya, Manager Produksi IPA 2 Pramuka Murdadi SE menegaskan tantangan PAM Bandarmasih kedepannya akan semakin sulit.

PAM Bandarmasih sendiri memiliki dua sumber air baku, yakni dari sungai martapura dan air irigasi. Kualitas air baku martapura semakin menurun tiap tahunnya.

Murdadi menjelaskan kekeruhan (Turbidity) ini terjadi karena banjir kiriman dari hulu ke hilir, kualitas air bakunya sangat jelek. Bahkan, karena terlalu keruh, alat yang dimiliki PAM Bandarmasih pun sampai error dan tidak mampu membaca kadar kekeruhannya.

“Kekeruhan bisa mencapai 1000 NTU,” ujarnya.

NTU adalah satuan standar untuk mengukur kekeruhan. Air dapat dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang tercampur sehingga memberikan warna atau rupa yang berlumpur dan kotor.

Dalam standar PAM Bandarmasih sendiri harus memenuhi 32 parameter yang dianalisa. Sementara untuk air yang mencapai rumah pelanggan harus memenuhi empat parameter yakni pH, turbidity (kekeruhan), warna dan sisa klor.

Alat yang dimiliki perusahaan air minum itu sendiri hanya mampu mengurangi 250 NTU, karena memang di desain untuk turbidity yang sangat rendah.

“Misalnya terjadi 1000 NTU, maka pengolahan kami kesulitan, tidak mampu mengolah, otomatis kita kurangi dengan menurunkan debitnya, apabila biasanya mengolah 1700 maka kita ambil 50%,” jelasnya.

Murdadi menjelaskan air yang diambil 50 persen itu kemudian dicampur dengan air irigasi, sehingga yang tadinya kekeruhan mencapai 1000 NTU bisa turun hingga 250.

“Turbiditynya masuk batas maksimal yang bisa kita olah,” ucapnya.

Ia menyampaikan masyarakat tak perlu khawatir kalau air akan keruh ataupun berlumpur disaat curah tinggi seperti ini, karena yang sampai ke tempat pelanggan sudah dipastikan bersih dan layak pakai sesuai Permenkes.

Dari awalnya 1000 NTU, PAM Bandarmasih berhasil mengurangi angka tersebut agar sesuai dengan Permenkes yang mengatur batas maksimal di 5 NTU.

“Bahkan di bawah itu, kami bia mengolah hingga mencapai 1,5 NTU,” cetusnya.

Ia juga menjelaskan tantangan yang dihadapi PAM Bandarmasih akan semakin berat kedepannya, sebab biaya produksi yang terus bertambah. Dahulu untuk mengurangi kekeruhan cukup dengan menggunakan tawas, lalu tingkat kekeruhan semakin bertambah maka bahan yang digunakan juga berganti dengan menggunakan PAC.

“Dulu tawas bongkah bermigrasi ke PAC, sekarang harus ada pendamping lagi, bahan kimia pembantu, dulu tidak perlu,” jelasnya.

Murdadi menyebutkan sebenarnya ada beberapa opsi lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi kekeruhan, misalnya diendapkan dulu, namun hal itu juga akan menyebabkan biaya listrik membengkak karena harus dua hingga tiga kali pompa, sehingga akan menambahi biaya operasional.

“Macam-macam opsi yang kami terus cari supaya PAM Bandarmasih tetap bisa melayani secara maksimal,” terang Manager Produksi IPA 2 Pramuka itu.

Murdadi meminta kepada pelanggan untuk terus mendukung dan mendoakan PAM Bandarmasih agar dapat bertahan dan terus melayani secara optimal di kondisi yang serba sulit ini.

“Pandemi, lalu banjir, itu sangat berdampak ke PAM, karena jualan kami tidak terlepas dari air sebagai bahan bakunya,” ucapnya.

Ia juga mengingatkan agar pelanggan membayar rekening air tepat waktu, sebab selain untuk menghindari denda mereka mendapatkan kesempatan mengikuti undian pelanggan teladan. Menurutnya juga perusahaan air minum ini tida mengharapkan denda, namun kelangsungan operasional berjalan dengan pembayaran rekening air.

“Selama ini masih cukup terkendali, kita selalu mengusahakan dan berharap walaupun ada banjir pelayanan kita tetap jalan,” pungkasnya.(ltf)

Populer

Exit mobile version