Connect with us

Layanan

Tekanan Air Menurun, Ini Penjelasan PDAM

Published

on

Gambar : Manager Transmisi dan Distribusi 2 Ofillie Muda SE, MM

HABARPDAM.COM, BANJARMASIN – Tekanan air kerap turun mendadak, rehabilitasi pipa penyebabnya.

Rehabilitasi pipa merupakan perbaikan pipa yang dibagi dalam dua jenis pekerjaan, yakni pemeliharaan jaringan pipa yang mana pekerjaan ini sudah direncanakan dari jauh-jauh hari. Lalu ada pekerjaan emergency atau perbaikan pipa yang harus dilakukan saat itu juga.

PDAM Bandarmasih menerima ratusan laporan kebocoran air setiap harinya, namun hanya ada beberapa diantaranya yang merupakan kebocoran besar atau emergency.

Dalam kebijakan perusahaan air minum itu sendiri, pengumuman adanya perbaikan hanya dilakukan pada pekerjaan emergency sedangkan untuk kebocoran yang bukan emergency tidak diumumkan.

Alasannya, karena apabila pekerjaan bukan emergency, berarti tingkat kebocoran masih bisa ditanggulangi.

Salah satunya seperti kebocoran di simpang lima STIENAS, Manager Transmisi dan Distribusi 2 Ofillie Muda SE, MM menjelaskan kebocoran tersebut terjadi pada minggu lalu, pekerjaannya sendiri dilakukan seharian dari pagi hingga sore, namun tekanan air tidak dimatikan total melainkan hanya diturunkan.

Senior Manager Produksi dan Distribusi Walino ST pun menyebutkan alasan tekanan diturunkan tidak dimatikan total dilakukan melalui berbagai pertimbangan.

Pertama, teman-teman di lapangan akan kesulitan apabila tekanan air normal. Kedua, resiko bocornya bisa lebih besar lagi.

Sehingga terdapat dilema antara mematikan total yang berakibat pelanggan tidak mendapat air dan lama pengembaliannya, tetapi apabila tidak dimatikan maka akan menyulitkan pekerjaan teman-teman di lapangan.

“Jadi diturunkan agar pengembalian tidak terlalu lama, resiko bocornya tidak bertambah dan pelaksanaannya pun cepat,” tambahnya.

Ofillie pun turut mengiyakan, contohnya efek penurunan dalam pekerjaan perbaikan di simpang lima STIENAS, setelah perbaikan selesai, maka diperlukan waktu pemulihan ketika tekanan air mengecil untuk kembali ke normal.

“Perlu proses beberapa waktu bahkan hingga hari untuk menormalkan lagi,” ujarnya.

Dalam pekerjaan perbaikan di simpang lima STIENAS itu sendiri, ada beberapa pertimbangan mengapa tekanan air tidak dimatikan total, dampaknya bisa lebih ekstrim seperti di daerah ujung Air Mantah, Teluk Tiram dan sekitarnya akan lebih lama lagi terganggu pendistribusiannya.

Walino menjelaskan untuk wilayah Banjarmasin Barat, dikarenakan kondisi pipa tua, maka setelah perbaikan tidak bisa langsung di optimalkan, pengembalian tekanan dilakukan secara bertahap.

“Kita membatasi hanya 2,7 bar. Perlu waktu karena pipa tua dan tidak bisa di up tekanannya,” jelasnya.

Walino juga menyebutkan memang di Banjarmasin Barat dan Utara diperlukan lagi review jaringan DMA atau blok dikarenakan beberapa sebab, salah satunya saat mendesain hanya menghitung untuk sepuluh tahun.

“Sebagai contoh, DMA 101, umpamanya saat didesain cukup melayani seribu pelanggan atau rumah, namun saat ini tdaerah tersebut memiliki 1500 rumah. Sehingga perlu penanganan agar kapasitas jaringan yang melayani pelanggan bisa terpenuhi,” ujar Senior Manager Produksi dan Distribusi ini.

Review jaringan pipa membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

PDAM Bandarmasih sendiri dalam dua tahun ini mengalami penurunan pendapatan yang cukup drastis dan tidak mendapatkan penyertaan modal baik dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kota dalam kurun waktu lima tahun belakangan.

Dengan kemampuan internal, PDAM Bandarmasih terus berkomitmen untuk konsisten melayani pelanggan.

Penanggulangan kebocoran, percepatan distribusi dan sebagainya tetap dilakukan namun dengan skala prioritas dan sesuai dengan kemampuan.

Wilayah Banjarmasin Barat dan Tengah khususnya.

Untuk wilayah Banjarmasin Utara yang wilayah distribusinya dari Benua Anyar memang secara keseluruhan pelanggan tercover, tetapi pada wilayah bagian ujung Sungai Andai apabila ada perbaikan juga tekanan air sangat lemah.

Air yang didistribusikan reservoir sangat terbatas dan tidak bisa menambah lagi dari IPA 2 Pramuka ke Benua Anyar karena sumbernya berasal dari Pramuka, kapasitas transfernya sendiri sudah maksimal.

Menurut Walino akan lebih lancar dan normal apabila perusahaan air minum ini bisa memparalel pipa dari IPA 2 Pramuka sampai dengan simpang tiga Pramuka Veteran, tahap berikutnya lagi memparalel pipa dari Booster benua Anyar sampai dengan Soto Bang Amat.

“Apabila kita paralel keduanya ini, pasokan atau transfernya ke reservoir Benua Anyar terpenuhi dan distribusinya, daya hambat dari aliran pipa itu sendiri akan lemah,” terangnya.

Paralel pipa merupakan tindakan penyambungan pipa

Namun, lagi-lagi semua perencanaan terhalang karena kendala dana. Dikarenakan kemampuan PDAM Bandarmasih sangat terbatas, maka investasi diberlakukan skala prioritas.

“Oh untuk sekarang hanya mampu di ujung-ujung memecah DMA atau jaringan blok, ya kita pecah,” tambahnya.

Walino pun mengungkapkan mereka juga tidak ingin ada pelanggan yang komplain mengenai air macet, karena menurutnya ketika jualan tidak lancar maka pendapatan juga tidak akan lancar.

Walino dan Ofillie pun menyayangkan pembatalan putusan penyesuaian sewa meter.

Walino menjelaskan sebenarnya bukan sewa meter melainkan pemeliharaan meter. Di meternya sendiri ada stop keran, aksesoris dan sebagainya termasuk pipa yang dari titik sadap ada pemeliharannya. Saat ada kebocoran pada pipa 3/4 , pergantian aksesoris maka ada pembelian barang.

“Ingin direalisasikan di situ, ya tapi lagi-lagi belum berhasil,” imbuhnya.

Bagaimanapun, PDAM Bandarmasih tetap berkomitmen dan konsisten memberikan pelayanan yang terbaik untuk pelanggan.

Dengan atau tanpa penyertaan modal, perusahaan plat merah ini tetap memiliki perencanaan dan jadwal untuk perbaikan pipa-pipa tua.

“Namun untuk realisasinya dilakukan secara bertahap, atau dengan skala prioritas,” jelas Ofillie.

Ia pun turut menambahkan, terkhusus di Banjarmasin Barat memang dibatasi, pipa primer distribusi menuju ke Banjarmasin Barat dibatasi dengan kekuatan 2,7 atm atau tekanan. Dikarenakan jika melewati batas sedikit saja, maka pipa bisa meledak empat hingga lima meter.

Dapat diartikan bahwa ketahanan pipa sudah sangat turun. Pipa-pipa PDAM Bandarmasih sendiri sudah digunakan kurang lebih 27 tahun.

“Pernah percobaan beberapa kali, begitu dinaikkan ke 2,8 langsung meledak, makanya kita tidak berani lagi,” jelasnya.

Walino turut mencontohkan salah satu kasus di seberang SMP 26 yang pipa meledak hingga 12 meter. Sehingga penentuan tekanan bukan tanpa dasar tetapi melalui pengalaman dan pertimbangan serta evaluasi.

Senior Manager Produksi dan Distribusi ini pun meminta pelanggan untuk memaklumi dikarenakan dibalik gangguan yang terjadi, tim PDAM Bandarmasih tidak pernah berhenti untuk mencari solusi.

“Kami tidak duduk diam, duduk manis, tidak. Semua bekerja keras siang malam agar pendistribusian air tetap lancar,” imbuhnya.

Walino juga menyampaikan perusahaan air minum itu pun memiliki keterbatasan terlebih perihal dana sehingga sangat dibutuhkan pengertian dari pelanggan khususnya terkait tekanan air.

“ Tidak ada niatan sama sekali untuk tidak melayani karena kami sadar bisnis kami berjualan air, sudah kita tanamkan mindset ke karyawan untuk menyadari itu. Sehubungan finansial untuk merealisasikan juga sedang terkendala, kami tetap melayani dengan optimal sesuai kemampuan yang ada,” jelasnya.

Ofillie juga menerangkan kenyataan di lapangan pipa banyak yang sudah tua dan sudah semestinya dalam rangka perbaikan, khususnya di ujung jarinya memang sudah saatnya diganti yang baru atau didampingi yang baru.

Namun, kembali lagi, semua terkendala pada dana.

“Mungkin dengan perubahan status badan hukum PDAM Bandarmasih menjadi Perseroda kita dapat penyertaan modal, sehingga bisa untuk perbaikan layanan kita ke ujung-ujung jarinya,” ujar Ofillie. (ltf)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *